(inilah yang buat aku menang juara 2 putra kampus poltekkes kemenkes tanjungkarang, lampung)
disusun oleh : Yusuf Pratama
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan yang
diatur dalam Pasal 2 ayat (2) sampai dengan ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan terdiri dari :
1. Tenaga
medis terdiri dari dokter dan dokter gigi;
2. Tenaga
keperawatan terdiri dari perawat dan bidan;
3. Tenaga
kefarmasian terdiri dari apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker;
4. Tenaga
kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan
sanitarian;
5. Tenaga
gizi meliputi nutrisionis dan dietisien;
6. Tenaga
keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis
7. terapis
wicara;
8. Tenaga
keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik,
teknisi tranfusi dan perekam medis.
Peran tenaga kesehatan dalam pencapaian
MGDs sangatlah berpengaruh penting di setiap Negara , banyak Negara maju yang
mayoritas maju karena bidang kesehatan dan industry. Di lihat dari segi
kesehatan Indonesia telah mengalami banyak perubahan.
tujuan
pembangunan bidang kesehatan, Untuk jangka panjang diarahkan ke tujuan utama
sebagai berikut:
1. Peningkatan
kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
2. Perbaikan
mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3. Peningkatan
status gizi masyarakat.
4. Pengurangan
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
5. Pengembangan
keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanya norma keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera.
Dilihat
dari tujuan kesehatan ini, kondisi kesehatan di
Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam beberapa dekade
terakhir. Sebagai contoh, angka kematian bayi turun dari 118 kematian per
seribu kelahiran di tahun 1970 menjadi 35 di tahun 2003, dan angka harapan hidup meningkat dari 48 tahun
menjadi 66 tahun pada periode yang sama, begitu pun yang telah terjadi pada
tahun-tahun ini . Perkembangan ini meperlihatkan dampak dari ekspansi
penyediaan fasilitas kesehatan publik di tahun 1970 dan 1980, serta dampak dari
program keluarga berencana (KB) yang masih berjalan hingga sekarang,
penggalakan program KB telah tersebarkan di berbagai daerah dengan berbagai
cara seperti KB keliling, walaupun hal ini masih belum menyeluruh terlaksana
sepenuhnya di seluruh daerah, namun program ini berhasil menurunkan angka
kematian dan angka kelahiran .
Dari Menteri kesehatan RI
pun telah menerapkan bebarapa prokja baru demi teratasinya masalah kesehatan
seperti KB, Askes, Jamkesmas, dan lain-lain. Meski demikian masih terdapat tantangan baru bagi
seluruh tenaga kesehatan dan masyarakat karena adanya akibat perubahan sosial dan ekonomi:
1.
Pola penyakit
yang semakin kompleks, Indonesia
saat ini berada pada pertengahan transisi epidemiologi dimana penyakit tidak
menular meningkat drastis sementara penyakit menular masih menjadi penyebab
penyakit yang utama. Kemudian saat ini penyakit kardiovaskuler (jantung)
menjadi penyebab dari 30 persen kematian di Jawa dan Bali. Indonesia juga
berada diantara sepuluh negara di dunia dengan penderita diabetes terbesar. Di
saat bersamaan penyakit menular dan bersifat parasit menjadi penyebab dari
sekitar 22 persen kematian. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia juga lebih
tinggi dibandingkan dengan kebanyakan negara tetangga. Satu dari dua puluh anak
meninggal sebelum mencapai usia lima tahun dan seorang ibu meninggal akibat
proses melahirkan dari setiap 325 kelahiran hidup. Perubahan yang diiringi
semakin kompleksnya pola penyakit merupakan tantangan terbesar bagi sistem
kesehatan di Indonesia.
2.
Tingginya
ketimpangan regional dan sosial ekonomi dalam system kesehatan. Dibanyak propinsi, angka kematian bayi dan anak terlihat lebih buruk
dibandingkan dengan situasi di beberapa negara Asia termiskin. Kelompok
miskin mendapatkan akses kesehatan yang paling buruk dan umumnya
mereka sedikit mendapatkan imunisasi ataupun mendapatkan bantuan tenaga medis yang terlatih dalam
proses melahirkan. Kematian anak sebelum mencapai usia lima tahun dari keluarga termiskin mencapai
sekitar empat kali lebih tinggi dibandingkan anak dari keluarga terkaya.
Tingginya tingkat terkena penyakit, baik yang disebabkan dari
penyakit menular maupun penyakit tidak menular, telah mengurangi
kemampuan orang miskin untuk menghasilkan pendapatan, dan hal ini
berdampak pada lingkaran setan kemiskinan.
3.
Menurunnya
kondisi dan penggunaan fasilitas kesehatan publik serta kecenderungan penyedia
utama fasilitas kesehatan beralih ke pihak swasta. Angka penduduk yang diimunisasi mengalami penurunan semenjak pertengahan
1990, dimana hanya setengah dari anak-anak di Indonesia yang
diimunisasi. Indonesia bahkan telah tertinggal dibandingkan dengan
negara-negara seperti Filiphina dan Bangladesh. Program kontrol
penyakit tuberkulosis (TB) diindikasikan hanya mengurangi kurang dari
sepertiga penduduk yang diperkirakan merupakan penderita baru tuberkulosis. Secara keseluruhan, pengunaan fasilitas
kesehatan umum terus menurun dan semakin banyak orang Indonesia
memilih fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pihak swasta
ketika mereka sakit. Di sebagian besar wilayah Indonesia, sektor swasta
mendominasi penyediaan fasilitas kesehatan dan saat ini terhitung
lebih dari dua pertiga fasilitas ambulans yang ada disediakan oleh pihak
swasta. Juga lebih dari setengah rumah sakit yang tersedia merupakan
rumah sakit swasta, dan sekitar 30-50 persen segala bentuk pelayanan
kesehatan diberikan oleh pihak swasta (satu dekade yang lalu hanya
sekitar 10 persen). Dalam masalah kesehatan kaum miskin cenderung
lebih banyak menggunakan staf kesehatan non-medis, sehingga
angka pemanfaatan rumah sakit oleh kaum miskin masih amat rendah.
4.
Pembiayaan
kesehatan yang rendah dan timpang. Pembiayaan
kesehatan saat ini lebih banyak dikeluarkan dari uang pribadi, dimana
pengeluaran kesehatan yang harus dikeluarkan oleh seseorang mencapai sekitar 75-80
persen dari total biaya kesehatan dan kebanyakan pembiayaankesehatan ini
berasal dari uang pribadi yang dikeluarkan ketika mereka memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Secara keseluruhan, total pengeluaran untuk kesehatan di Indonesia
lebih rendah dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga (US $ 16 per orang
per tahun pada 2001). Hal ini disebabkan oleh rendahnya pengeluaran pemerintah maupun
pribadi untuk kesehatan. Lebih lanjut, cakupan asuransi amat terbatas, hanya
mencakup pekerja di sektor formal dan keluarga mereka saja, atau hanya sekitar
sepertiga penduduk dilindungi oleh asuransi kesehatan formal. Meski demikian
mereka yang telah diasuransikan pun masih harus mengeluarkan sejumlah dana
pribadi yang cukup tinggi untuk sebagian besar pelayanan kesehatan. Akibatnya
kaum miskin masih kurang memanfaatkan pelayanaan kesehatan yang dibiayai oleh
pemerintah. Dampaknya, mereka menerima lebih sedikit subsidi dana pemerintah
untuk kesehatan dibandingkan dengan penduduk yang kaya. Sebanyak 20 persen
penduduk termiskin dari total penduduk menerima kurang dari 10 persen total
subsidi kesehatan pemerintah sementara seperlima penduduk terkaya menikmati
lebih dari 40 persen.
5.
Angka
penularan HIV/AIDS meningkat namun wabah tersebut sebagian besar masih
terlokalisir. Diperkirakan sekitar
120.000 penduduk Indonesia terinfeksi oleh HIV/AIDS, dengan konsentrasi
terbesar berada di propinsi dengan penduduk yang sedikit (termasuk Papua) dan
di kota kecil maupun kota besar yang terdapat aktifitas industri, pertambangan,
kehutanan dan perikanan. Virus tersebut menyebar lebih lambat dibandingkan
dengan yang diperkirakan sebelumnya. Akan tetapi penularan virus tersebut
meningkat pada kelompok yang berisiko tinggi, yaitu penduduk yang tidak
menerapkan perilaku pencegahan terhadap virus tersebut, seperti menggunakan
kondom pada aktivitas seks komersial atau menggunakan jarum suntik yang bersih
dalam kasus pecandu obat-obatan.
Dari beberapa permasalahan besar inilah
peran kesehatan begitu penting dalam kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
terutama kesejahteraan untuk Negara. Dengan program kerja meningkatkan MDGs
oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia diharapkan terlaksana semua tujuan
pembangunan kesehatan yang mungkin saat ini masih belum mendapat hasil yang
maksimal.
Di beberapa wilayah di Indonesia telah
ada program kesehatan yang terlaksana saat ini seperti tersedianya sumber air
bersih, penerapan lingkungan sehat, tanam 1000 pohon , imunisasi dll. Bahkan
yang luar biasa dari Kemenkes RI yaitu mengirimkan beberapa tenaga ahli
kesehatan di tempat-tempat yang jauh
dari pantauan dan sulit mendapatkan perhatian dari pemerintah, mereka yaitu
tenaga ahli terjun langsung diwilayah-wilayah tersebut dan berusaha
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Program kerja meningktkan MDGs ini telah
dilakukan oleh beberapa provinsi seperti Sumbar mendapatkan penghargaan sebagai
provinsi pelaksana Millennium Development Goals (MDGs) terbaik dalam ajang
Indonesia MDGs Awards (IMA) yang diselenggarakan Kantor Utusan Khusus Presiden
Republik Indonesia untuk MDGs (KUKPRI MDGs), Senin (25/3) lalu, di Bali.
Penghargaan ini digelar sebagai forum tahunan untuk apresiasi bagi para pelaku
pembangunan berwawasan MDGs terbaik dari seluruh nusantara.
Sebelumnya,
Gubernur Irwan Prayitno juga mendapatkan penghargaan Ksatria Bakti Husada
Kartika dari Menteri Kesehatan RI. Irwan mengatakan, sejak awal memimpin
Sumbar, ia sangat mendukung upaya untuk mencapai target MDGs. Semangat tersebut
diawali dengan beberapa Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Tujuan
Millenium Development Goals (RAD MDGS) 2011-2015. Serta menetapkan Peraturan
Gubernur Nomor 8 Tahun 2011 tentang RAD MDGS.
“Ini
merupakan sesuatu yang membanggakan bagi kita semua masyarakat Sumbar dalam
upaya mencapai visi, Sumbar yang Adil,
Sejahtera dan Bermartabat,” ujar Irwan.
Pada
penghargaan MDGs tersebut, kategori penghargaan yang diberikan yaitu nutrisi,
kesehatan ibu dan anak, pencegahan dan penanggulangan penyakit menular &
HIV/AIDS, layanan air bersih & sanitasi serta pendidikan. Dari 19 kabupaten/kota di Sumbar,
Payakumbuh memperoleh nominasi untuk kategori nutrisi dan pendidikan dan
Sawahlunto memperoleh nominasi untuk kategori layanan air bersih dan sanitasi,
kesehatan ibu dan anak serta nutrisi. (adv)
Inilah contoh dan bukti bahwa
pentingnya tenaga kesehatan dalam pencapaian MDGs terutama di Indonesia. Progja
ini memang belum terlaksana sepenuhnya di setiap provinsi, namun setidaknya
program ini telah mempunyai efek positif bagi masyarakat.
Kembali
lagi pada pribadi seseorang tentang pentingnya sehat itu, permasalahan
kesehatan atau pun lingkungan sehat tidak bisa sepenuhnya menyalahkan
pemerintah, namun masyarakat seharusnya menyadari bahwa yang menyebabkan sehat
atau tidaknya lingkungan itu, mungkin adalah factor dari masyarakat itu
sendiri. Masyarakat dan terutama semua tenaga ahli kesehatan sangat berperan penting dalam pencapaian
tujuan pembangunan kesehatan. Dan tantangan bagi pemerintahan yang akan datang
ialah bagaimana untuk dapat terus meningkatkan keadaan kesehatan sambil
merestrukturisasi dan mereformasi sistem kesehatan di era desentralisasi ini.
Tugas yang paling penting ialah memberikan perhatian lebih kepada kondisi
kesehatan utama, meningkatkan kelayakan kondisi kesehatan serta pemanfaatan system
kesehatan, melibatkan peran swasta, mengevaluasi ulang mekanisme.
Daftar pustaka
0 komentar:
Posting Komentar